Wednesday, March 23, 2011

Atlantis yang tenggelam berada di Nusantara

Saya sambung lagi posting terdahulu yang dibuat secara bersiri. Tujuan saya hanya satu bahawa orang Melayu tahu jatidiri serta sejarah nenek moyang mereka. Ini penting kerana pada bahu orang Melayu Islam terletaknya AMANAT penting untuk membangkitkan Islam dari Timur. Dan atas sebab itulah Nabi Muhammad S.A.W telah memerintahkan para sahabatnya mengIslamkan Raja Raja Melayu pada kurun ke 3 Hijrah iaitu sewaktu baginda maseh hidup lagi.

Kesah pengIslaman Raja Raja Melayu,   itu termaktub dalam kitab Hikayat Si Merah Silu, Kesah Raja Samudra Pasai yang bermimpi mengucapkan  2 kalimah  syahadah beberapa hari sebelum dia benar benar memeluk Islam dengan bantuan pelayar berbangsa Arab seperti yang dicatatkan oleh Tun Sri Lanang di Sejarah-Melayu

Atlantis dan Teori Out Of Nusantara (Out Of Sundaland)

Hari ini yang tinggal dari Sundaland benua ajaib yang memegang peradaban pertama dunia hanyalah kepingan plat tectonic benua yang dipanggil plat Sunda. Di atas plat Sunda ini diapungkan beberapa pulau yang dulunya puncak gegunung dan tenggelam akibat Banjir Besar di zaman Nabi Nuh. Pulau pulau yang dulunya puncak puncak gunung  itu adalah Semenanjung Tanah Melayu, Pulau Sumatera, Jawa, Singapura,Bali,Sulawesi, Maluku, Borneo, Filipina dan Papua New Guinea.

Kajian geologi, genetik, arkeologi, antropologi dan linguistik menunjukkan manusia yang beroeradaban tinggi bermigrasi keluar dari Sundaland atau Nusantara

Keberadaan Peradaban di Sundaland, dikemukakan Profesor Aryso Santos dari Brasil, melalui bukunya Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization (2005). Di dalam bukunya itu, Profesor Santos menyatakan, Sundaland adalah benua Atlantis, yang disebut-sebut Plato di dalam tulisannya Timeus dan Critias.

Sebelumnya pada tahun 1998, Oppenheimer menerbitkan buku berjudul,”Eden in the East : The Drowned Continent of Southeast Asia”. Secara singkat, buku ini mengajukan thesis bahwa Sundaland pernah menjadi suatu kawasan berbudaya tinggi, tetapi kemudian tenggelam, dan para penghuninya migrasi  ke tempat lain (out of Sundaland), yang pada akhirnya menurunkan ras-ras baru di bumi.

Hipotesis ini ia bangun berdasarkan penelitian atas geologi, arkeologi, genetika, linguistk, dan folklore atau mitologi. Berdasarkan geologi, Oppenheimer mencatat bahwa telah terjadi kenaikan permukaan laut dengan menyurutnya Zaman Ais terakhir. Laut naik setinggi 500 kaki pada periode 14.000-7.000 tahun yang lalu dan telah menenggelamkan Sundaland. Arkeologi membuktikan bahwa Sundaland mempunyai kebudayaan yang tinggi sebelum banjir terjadi. Kenaikan permukaan laut ini telah menyebabkan manusia penghuni Sundaland menyebar ke mana-mana mencari daerah yang tinggi.


Gambaran Atlantis

Sokongan bagi hipotesis Oppenheimer (1998), datang dari sekelompok peneliti arkeogenetika yang sebahagian merupakan rakan sejawat Oppenheimer. Kelompok penyelidik dari University of Oxford dan University of Leeds ini mengumumkan hasil peneltiannya, melalui jurnal berjudul “Molecular Biology and Evolution” edisi Mac dan Mei 2008, yakni pada makalah berjudul “Climate Change and Postglacial Human Dispersals in Southeast Asia” (Soares et al., 2008) dan “New DNA Evidence Overturns Population Migration Theory in Island Southeast Asia” (Richards et al., 2008).

Menurut Richards et al. (2008) berdasarkan penelitian DNA menentang teori konvensional saat ini bahwa penduduk Asia Tenggara (Filipina, Indonesia, dan Malaysia) datang dari Taiwan 4000 (Neolithikum) tahun yang lalu. Pasukan Penyelidik  menunjukkan apa yang terjadi adalah sebaliknya, bahwa penduduk Taiwan berasal dari penduduk Sundaland, yang bermigrasi akibat Banjir Besar di Sundaland.

Ciri garis-garis DNA menunjukkan penyebaran populasi pada saat yang bersamaan dengan naiknya permukaan laut di wilayah ini, dan juga menunjukkan migrasi ke Taiwan, ke timur (New Guinea dan Pasifik), dan ke barat (daratan utama Asia Tenggara), terjadi dalam masa sekitar 10.000 tahun yang lalu.

Sementara itu Soares et al. (2008) menunjukkan bahwa haplogroup E, yang merupakan komponen penting dalam keanekaragaman mtDNA (DNA mitokondria), secara dramatik tiba-tiba menyebar ke seluruh pulau-pulau Asia Tenggara pada periode sekitar awal Holosen, pada saat yang bersamaan dengan tenggelamnya Sundaland menjadi laut-laut Jawa, Melaka, dan sekitarnya.

Lalu komponen ini mencapai Taiwan dan Oceania, pada sekitar 8.000 tahun yang lalu. Ini membuktikan bahwa global warming dan sea-level rises pada ujung Zaman Es 14.000–7.000 tahun yang lalu, sebagai penggerak utama human diversity di wilayah ini (Sumber : mail-archive).


Orang Melayu sudah mempunyai peradaban tinggi 9000 tahun dulu 

Kemunculan buku Eden In The East karya Prof. Dr. Stephen Oppenheimer, seorang ahli genetika & struktur DNA manusia dari Oxford University, Inggeris membuktikan keistimewaan bangsa Melayu yang merangkumi semua ras ras Melayu di Nusantara ini. Oppenheimer Theory yang dengan tegas menyatakan bahwa nenek moyang dari induk peradaban manusia modern (Mesir, Mediterania dan Mesopotamia) adalah berasal dari Tanah Melayu yang sering disebut dengan Sundaland.!



Eden In The East mendasarkan kesimpulannya kepada penelitian yang dilakukan selama puluhan tahun. Dokter ahli genetik dengan struktur DNA manusia tersebut melakukan riset struktur DNA manusia sejak manusia modern ada selama ribuan tahun yang lalu hingga saat ini. Guru Besar dari Oxford University ini menguasai filosofi pendekatan dasar yang digunakan disiplin keilmuan kedoktoran, geologi, linguistik, antropologi, arkeologi, linguistik, folklore.

Lebih lanjut, Prof. Dr. Stephen Oppenhenheimer yang menjadi peneliti ahli sekaligus penulis tetap Oxford Science Review tersebut dan juga telah menulis The Origin Of The British (Asal Mula Nenek Moyang Orang-Orang Inggris) menegaskan bahwa orang-orang Polinesia (penghuni Benua Amerika) bukan berasal dari Cina sebagaimana yang terpampang dalam setiap teks sejarah buku pelajaran, melainkan dari orang-orang yang datang dari dataran yang hilang dari pulau-pulau di Asia Tenggara. Penyebaran kebudayaan dan peradaban tersebut disebabkan “banjir besar” yang melanda permukaan bumi pada 30.000 tahun yang lalu. Hal tersebut diperkuat oleh catatan-catatan cerita masyarakat Asia Tenggara yang banyak sekali tersimpan di museum purbakala mengenai banjir besar di periode tersebut.

Tidak berhenti sampai di situ, Oppenheimer yang teori nya didukung oleh scientist dari Oxford University dan Leeds University tersebut mengatakan bahwa budi daya bercocok tanam /penanaman padi pertama kali bukan berasal dari Cina atau India melainkan penduduk di Semenanjung Tanah Malayu pada 9000 tahun yang lalu. Teori penyebaran budaya dan peradaban dunia yang berasal dari Tanah Melayu tersebut bahkan dikuatkan oleh research tahunan yang dilakukan Dr. Joanna Nichols yang berakhir pada kesimpulan besar, bahwa arus migrasi besar-besaran dunia berasal dari masyarakat Semenanjung Melayu menuju Cina selanjutnya menyebar ke tempat lain bukan sebaliknya sebagaimana teori yang menyebutkan bahwa nenek moyang Asia Tenggara berasal dari Cina.

Temuan tersebut memperkuat buku lain yang telah muncul sebelumnya Atlantis, The Lost Contiennt Finally Found karya Prof. Arysio Santos dengan sejumlah argumentasi ilmiah yang juga melakukan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu. Baik Prof. Arysio Santos dan Prof. Dr.Stephen Oppenheimer memperlihatkan dengan jelas bagaimana sebuah pendekatan multi disiplin sangat penting digunakan untuk merekontruksi sebuah missing link yang hilang dalam sejarah peradaban manusia modern.

Team ekspedisi Berekofen dan Hans Berekofen, selama lebih dari 15 tahun terakhir telah menyusuri Semenanjung Melayu (Indonesia, Malaysia dan Singapura) untuk mengumpulkan bukti-bukti lapangan yang menunjukkan bahwa pusat peradaban dunia terkubur di bawah puluhan meter permukaan tanah Semenanjung Melayu sundaland.


Sebagai satu bangsa besar satu masa dulu, orang Melayu/Bani Jawi perlu berjiwa besar  dan memberi respons positif  dan proaktif  yang akan berpengaruhi sebahagian besar kehidupan di dunia ini.