Dengan adanya Pilihan Raya Kecil ke 10 di Hulu Selangor, Malaysia telah mencatat sejarah...negara yang paling banyak PRK.
Saya tak mahu cakap pasal calon dari mana-mana party politik sebab dah terlalu muak dengan PRK yang terlampau banyak dan tak habis-habis semua isu dipolitikkan.
Hatta minyak naik 20 sen pun dipolitikkan dengan mengadakan demostrasi, gula naik 20 sen pon nak buat demonstrasi!
Mungkin dalam keghairahan rakyat Malaysia berpolitik, kita lupa bahawa kita amat bertuah dilahirkan di bumi ini. Tidak pernahkah kita terfikir bagaimana kesengsaraan rakyat negara luar?
Apakah kita masih membebel bila kena bayar RM 1.00 untuk rawatan di Klinik Kerajaan atau hospital Kerajaan? Malah ada yang memandang sebelah mata sahaja klinik dan hospital Kerajaan kerana banyaknya hospital swasta yang menawarkan harga patut di Malaysia!
Apa kata kita lihat pederitaan rakyat di negara jiran, semoga kita insaf dan mensyukuri nikmat yang Allah kurniakan kepada rakyat Malaysia.
Sumber-Copas from @Baskoro Dyaz
Salemba, Warta Kota. PEJABAT Jakarta seperti ditampar.
Seorang warganya harus menggendong mayat anaknya karena tak mampu sewa mobil jenazah. Penumpang kereta rel listrik (KRL) jurusan Jakarta - Bogor pun geger Minggu (5/6).
Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn)tengah menggendong mayat anak, Khaerunisa (3 thn). Supriono akan memakamkan si kecil di Kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasaKRL.
Tapi di Stasiun Tebet, Supriono dipaksa turun dari kereta, lantasdibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korbankejahatan. Tapi di kantor polisi, Supriono mengatakan si anak tewas karena penyakit muntaber. Polisi belum langsung percaya dan memaksa Supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi.Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa Khaerunisa sudah empat hariterserang muntaber. Dia sudah membawa Khaerunisa untuk berobat kePuskesmas Kecamatan Setiabudi.
"Saya hanya sekali bawa Khaerunisa kepuskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas,meski biaya hanya Rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya Rp 10.000,- per hari," ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel KA diCikini itu.
Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengan sendirinya. Selama sakit Khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, Muriski Saleh (6 thn), untuk memulung kardus di Manggaraihingga Salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya.Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya Khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (5/6) pukul 07.00.
Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalamgerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau. Tak adasiapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya. Supriono dan Muriski termangu. Uang di saku tinggal Rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kain kafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampaiharus menyewa ambulans.
Khaerunisa masih terbaring di gerobak.Supriono mengajak Musriki berjalan menyorong gerobak berisikan mayatitu dari Manggarai hingga ke Stasiun Tebet, Supriono berniat menguburkan anaknya di kampong pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharapdi sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di Stasiun Tebet.
Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkus jenazah si kecil. Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkanterbuka, biar orang tak tahu kalau Khaerunisa sudah menghadap SangKhalik. Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun.
Ketika KRL jurusan Bogor datang, tiba-tiba seorang pedagang menghampiri Supriono dan menanyakan anaknya. Lalu dijelaskan oleh Supriono bahwa anaknya telah meninggal dan akan dibawa ke Bogor spontan penumpang KRL yang mendengar penjelasan Supriono langsung berkerumun dan Supriono langsung dibawa ke kantor polisi Tebet.
Polisi menyuruh agar Supriono membawa anaknya ke RSCM dengan menumpang ambulans hitam.Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan.Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan suratpermintaan pulang dari RSCM. Sambil memandangi mayat Khaerunisa yangterbujur kaku.Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknyatelah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuhadiknya.
Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut,lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans, Suprionoharus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa dengan kain sarung sambil menggandeng tangan Muriski. Beberapa warga yang iba memberikanuang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor. Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum kemasan untuk bekal Supriono dan Muriski di perjalanan.
Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebutkarena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagiperduli terhadap sesama. "Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yangseharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah Khaerunisa.Jangan bilang keluarga Supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkantempat tinggal dan alamat tetap.
Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia," ujarnya.Koordinator Urban Poor Consortium, Wardah Hafidz, mengatakan peristiwa itu seharusnya tidak terjadi jika pemerintah memberikan pelayanan kesehatan bagi orang yang tidak mampu. Yang terjadi selama ini,pemerintah hanya memerangi kemiskinan, tidak mengurusi orang miskin.
tulisan ini saya angkat dr pesan yg dikirim oleh sobat saya Opay Aja Deh 17 Desember jam 1:10
ayo berbuat lebih banyak bagi saudara kita..... tidak perlu mengandalkan orang lain apa lagi "pihak berwenang yang tidak bisa diandalkan". kita mulai dari kita sendiri.
link aslinya -- http://www.facebook.com/note.php?note_id=228573191702&commentsUpdated about a week ago · Report Note9 people like this.
Ini pula komen pengguna FB
Dewi Kartini Bint Yusuf ni crita dah lama..setelah brita ini diekspos terus sm salah stu radio, banyak yg bantu akhirnya..
April 3 at 6:55pm · ReportAri D. A. Kurniawan @Dewi: ato memang kerjanya para pemimpin & kita semua seperti ini, setelah di ekspos baru peduli???
April 3 at 6:58pm · ReportEko Budhi Suprasetiawan Ri,
ditunggu disainnya ... penginnya kita membuat suatu directory berbasis Google Map
sehingga kalau ada masalah warga yang kelaparan, putus sekolah dkk bisa di-track masjid mana sich yg terdekat ?
April 3 at 6:59pm · ReportAri D. A. Kurniawan okay... insyaALLAH siap...
April 3 at 7:00pm · ReportLoexmean Sidik Subahanawllah mari kita koreksi diri kita apa kah ada di sekeliling kita yang memerlukan ........................
April 3 at 7:04pm · ReportMohamad Nur Hidayat Allahu akbar...pantas saja negeri ini selalu diberi musibah, yang lain tidak tahu apa pura2 tidak tahu sih?? ya Allah...apa tidak ada orang yang memberikan pinjaman uang untuk mengurus jenazah anak itu??? banyak pejabat yang mau dapat renumerisasi...gaji sampai 8 jt, 12,5 jt, 20 jt..sedangkan bapak itu untuk Rp 4.000 berobat ke puskesmas pun dia tidak punya dan mungkin merasa malu karena gak punya uang...di mana keadilan di negeri ini...ya Allah..
April 3 at 7:07pm · ReportBasirudin Rachman Nyalain pejabat mlulu :D, salahin yang ada di kaca dong :)
April 3 at 10:41pm · ReportAri D. A. Kurniawan @Loex: betul man... walaupun blom begitu besar bantuannya karna keterbatasan kita jg, setidaknya masih bisa buat bertahan buat sodara/i kita yg kurang beruntung... man bsok jadi kan kita sepeda-an ke sentul???
@Moh: malu jadi pengemis...
@Basrudin: yg ngaca kan dah disalahin/disadarkan takutnya ada disekelilingnya mengalami musibah seperti cerita... See More diatas, dan untuk yg bercermin karna pantulannya hanya bisa berpengaruh sedikit dengan objek disekitarnya, setidaknya yg punya kekuasaan bisa lebih bijak menggunakan kekuasaanya :P
April 3 at 10:54pm · ReportEko Budhi Suprasetiawan Setuju mestinya pemimpin ummat di level grassroot misal ketua DKM, ketua-ketua organisasi Islam (NU, Muhammadiyah dll di level ranting) yang stand-up ... dan kita coba mapping yok ...
April 4 at 6:48am · ReportRosikin 'ekin' Arrazi salah satu dampak tidak mebudayanya niai-nilai ISLAM
April 5 at 12:02am · Report
2 comments:
Salam Bro ABG, lama X jumpa, rupa2 nya dok skodeng FB Indon...
Ada yang berkenan dihati ke? :)
ABG tu kalau X silap saya, di Indon gelaran untuk "anak kacukkan belanda"
Sebab itu kita kena bersyukur lahir dibumi bertuah ini kerana kemudahan yg diberikan oleh kerajaan yg ada sekarang amat berbaloi.Bab pendidikan dan kesihatan kita kehadapan berbanding dgn negara2 ASEAN yg lainnya,tapi kadang2 sy terasa ralat juga bila ada sesetengah rakyat kita tidak pandai bersyukur dan berterimakasih,yang mereka tahu mencari salah kerajaan tapi menolong mencari idea untuk menambah baik sesuatu kelemahan tidak sama sekali.
Rakyat akan dimomokkan dgn cerita2 yg keterlaluan hingga membawa kepada demontrasi yang entah apa2.
Sayang bila negara berbilang kaum spt malaysia mahu dihuru harakan hanya kerana kepentingan politik peribadi seseorang.Segala kebaikan yg kerajaan buat cuba dinafikan.
Sepatutnya rakyat Malaysia mengambil iktibar keatas negara jiran kita spt indonesia dan thailand.Jangan hanya kerana berlainan pandangan politik semuanya kebaikan yg kerajaan buat dipandang sepi.Wallahualam....
Post a Comment